Wednesday, September 1, 2010

Minggat


Siang tadi, ketika anak sulung saya yang duduk di kelas 8 pulang sekolah, ia bercerita dengan hebohnya tentang seorang teman sekolahnya yang setelah beberapa hari tidak masuk sekolah, ternyata telah melarikan diri dari rumahnya.

Sebelumnya, anak tersebut memang pernah bercerita kepada teman dekatnya, bahwa di rumah ia sering dipukuli dengan kayu oleh orangtuanya (tidak diketahui apakah ayah atau ibunya yang melakukan pemukulan itu).
Anak tersebut dikabarkan melarikan diri ke Bandung dengan membawa lari uang orangtuanya sebesar 3,5 juta rupiah dan sebuah sepeda motor. Sebetulanya ada seorang temannya yang juga diajak minggat bersama anak tersebut, tetapi anak itu cuma bertahan beberapa hari sebelum akhirnya mengabari orangtuanya dan minta dijemput pulang. Ia mengaku dipaksa anak satunya lagi, bahkan sebenarnya ia tiak setuju dengan rencana melarikan diri tersebut dan hanya menuruti temannya karena tidak berani menolak.
Sebuah cerita yang sering kita dengar. Anak melarikan diri dari rumah karena perlakuan orangtuanya.
Tapi yang agak memprihatinkan, orangtuanya ternyata menitipkan pesan kepada salah satu sahabat anaknya di sekolah dan mengatakan, kalau anak tersebut tidak mau pulang ya tidak apa-apa, orangtuanya juga sudah capek dan mereka berencana untuk pindah. Jadi anak itu tidak perlu repot mencari orangtuanya lagi.
Miris kami (saya dan anak saya) mendengar hal itu, meskipun mungkin itu hanya gertak sambal belaka dari orangtuanya.



Yang saya pikirkan, adalah bagaimana seorang anak bisa terpikir untuk minggat dari rumah. Padahal secara materi sebenarnya ia cukup kecukupan. Bagaimana orangtuanya mendidik anak tersebut, apakah memang benar, ia sering mendapat perlakuan kasar hingga harus melarikan diri dari rumah?
Apakah dia kehilangan rasa aman di rumahnya sendiri?

Maaf, tapi saya cenderung menyalahkan orangtua atas segala kesalahan yang dilakukan anak-anak, apalagi apabila sebenarnya anak tersebut tidak mempunyai alasan yang cukup kuat untuk berontak terhadap orantuanya. (misalnya, secara materi sudah tercukupi)
PR bagi kita para orangtua, untuk tidak pernah lelah mengevaluasi cara kita mendidik putra-putri kita agar tidak terjadi hal-hal buruk yang dapat menimpa putra-putri kita.

image fom this web

1 comment:

zeth radtra syam said...

hehe pas z TK dulu pernah kepikiran minggat (dah sampe nata2 baju segala hihi) tiap abis dimarahin (padahal emang bandel,
terinspirasi dari nonton bioskop "BUAH HATI MAMA"
inget ga?
kalo ga salah yg main ryan hidayat (alm), selebihnya z lupa.

kalo dipikir2, waah sangar ya efek dari apa yang kita tonton (terlebih buat anak-anak),
kadang mereka (bahkan kita orang dewasa) suka mendramatisir keadaan dihubung2kan dengan apa yang pernah ditangkap oleh indera pengelihatannya.