Monday, September 6, 2010

Saya dan bunuh diri

Ada kejadian lucu sekaligus memprihatinkan yang saya alami seputar "bunuh diri". Bukan. Bukan saya pelakunya, tapi paling tidak, dalam kasus bunuh diri ini, saya terlibat langsung dan menjadi salah satu dari "pemeran pembantu" yang (akhirnya) ikutan nongol di tipi.
Agak sedikit memalukan buat saya, nampang di tipi dengan tampat awut2an dan malah salah satu kerabat saya yang melihat "penampilan spektakuler" saya itu, mengira saya adalah Kapolres Bogor. Gubrakk banget!

Kejaidannya sudah agak lama, waktu itu saya sendirian di rumah. Anak-anak belum pulang sekolah dan PRT saya juga sudah pulang ke rumahnya sendiri. DItengah himpitan berbagai masalah yang menimpa saya akhir-akhir ini, kok saya tiba-tiba terpikir opsi "bunuh diri". Tentu saja saya sangat jauh dari kemungkinan melakukan hal buruk itu, tapi entah kenapa, tib-tiba saya terpikir, bagaimana ya akhir masalah saya, seandainya (hanya seandainya, ya) saya nekat bunuh diri.


Lamunan buruk saya itu tiba-tiba harus terputus, ketika kedua putri saya pulang sekolah (kebetulan hari itu hari jumat dan mereka pulang bareng). Biasanya mobil antar jemput mereka, menurunkan mereka di mulut gang rumah kami, yang tidak terlalu jauh dari jalan utama.
Tumben banget mereka pulang sambil berteriak-teriak dengan hebohnya memanggil-manggil saya yang baru jalan menuju pintu.
Ternyata, ketika hampir sampai dekat rumah, mereka dan anak-anak di mobil jemputan melihat seseorang yang sedang menaiki sutet (lihat foto) yang memang berada di dekat rumah kami. Orang tersebut memang bermaksud bunuh diri sepertinya, karena menurut anak-anak saya orang-orang memanggil-manggil orang tersebut spy segera turun.

Berkhayal dapat WPP Award (World Press Photo Award, alay bagian yang ini mah) saya segera menyambar kamera dan lari ke lokasi yang hanya berjarak kurang lebih 500 meter dari rumah kami. Dan benar saja, diatas sutet yang tinggi itu, seorang perempuan sedang duduk dengan santainya. Tak berapa lama kemudian polisi dan mobil pemdam kebaran juga datang ke lokasi.
Untuk yang tinggal di jakarta, lokasi sutet yang saya maksud terletak tepat disamping pintu tol jagorawi, sebelum masuk ke kompleks Bogor Lakeside.

Penyelamatan paksa belum bisa dilakukan, karena harus mematikan aliran listrik sutet, padahal aliran listrik di sutet tsb mengaliri listrik Jawa-Bali. Hebat deh ni orang, milih lokasi bunuh diri yang pastinya akan bikin orang senewen se Jawa-Bali.
Sementara pengaturan aliran listrik dilakukan (info dari petugas PLN yang juga hadir), pihak kepolisian berusah mengorek keterangan ttg wanita yang nekad menaiki sutet tsb. Upaya negosiasi juga dilakukan oleh polwan yang kelihatan sekali bukan negosiator yang handal, yangn hanya mengulang kata-kata standard dan kayaknya saya juga pasti males mengurungkan niat bunuh diri saya kalau dibujuk dengan kata-kata polwan tsb.

Pada akhirnya, pihak kepolisian mendapatkan beberapa info tambahan ttg perempuan tsb. Salah satu infonya bahwa orang tsb adalah orang jawa dan tidak begitu mengerti bahasa Indonesia (apalagi Sunda kali ya).
Singkatnya polisi mengubah strateginya untuk membujuk perempuan tsb agar turun dari tiang sutet menggunakan bahasa Jawa. Tapi sialnya, tidak ada seorangpun dari anggota kepolisian yang hadir pada saat itu mampu berbahasa Jawa.
Polisi segera bertanya kepada "hadirin penonton", barangkali ada yang bisa berbahasa Jawa dan mau menolong pihak kepolisian untuk membujuk perempuan tsb untuk turun.

Kebetulan saya sudah mem"booking" lokasi paling strategis untuk memotret lokasi kejadian dan lokasi tsb "kebetulan" (takdir) berada di samping polisi yang sedang mencari Java Native speaker itu.
Aduuhhh...saya jadi mikir, "masak mesti gw siihhh"?" Jujur aja kemampuan bahasa Jawa saya pas-pasan banget, ditambah sudah lama saya tidak mempraktekan bahasa Jawa Suroboyoan saya sejak tinggal di Bogor kurang lebih 11 tahun yng lalu.
Tapi krn takut juga, kalau perempuan tsb nekat loncat dati tiang sutet, akhirnya saya memberanikan diri mengajukan diri, dengan catatan yang saya utarakan kepada pak polisi itu, "tapi pak, bahasa Jawa saya pas-pasan lho, ya..."
Bukan apa-apa, takutnya org tsb malah salah mengerti dan malah nekat loncat gara-gara omongan saya yang di-misintepretasikan olehnya.

Ya jadi begitu deh, akhirnya saya "menyinden ria" dengan bahasa jawa saya yang acak-acakan. Memohon-mohon agar org tsb mengurungkan niatnya bunuh diri, jg agar dia ingat kp keluarganya di rumah yang pasti sangat khawatir ttg keberadaan diinya bla bla bla dst.
Sementara, orang-orang yang datang untuk menonton (org bunuh diri kok ditonton) semakin ramai, belum lagi wartawan dari berbagai media dan televisi juga datang dan juga mengambil gambar termasuk gambar saya yang sedang berterik-teriak dengan bahasa jawa yang ampyuuunnn dehhhh..

Tetapi ajaib, perempuan itu yang tadinya sama sekali tidak merespon ocehan polisi2 yang membujuknya sebelum saya, akhirnya bereaksi pada ocehan saya dan mencoba turun. Pada saat itu aliran listrik di tiang sutet juga sudah dialihkan, sehingga pemadam kebaran bisa mendekati lokasi wanita tsb tanpa takut tersengat aliran listrik tegangan tinggi.

Tapi masih ada satu masalah lagi, tangga dari mobil pemadam kebakaran masih kurang tinggi untuk sampai ke tempat perempuan itu, sehingga perempuan tsb harus "mau" untuk turun sedikit agar bisa diraih oleh petugas pemadam kebakaran. Dan dengan H2C (harap-harap cemas_ semua petugas kepolisian dan pemadam kebakaran menggantungkan harapan kepada saya selaku "negosiator" yang sepertinya "didengar" oleh perempuan tsb.

Sedikit-sedikit akhirnya perempuan tsb mau menuruni tiang sutet, meskipun semuanya berjalan sangat, sangatttt lambat, dan mulut saya sampai pegel ngoceh gak karu2an. Saya sampai bingung mau ngarang cerita apalagi ya, kayaknya semua sinopsis dari sinetron indonesia udah habis saya ceritain (detik itu, saya agak-agak menyesal kenapa gk suka nonton sinteron).

Tapi akhirnya semua selesai, perempuan itu akhirnya mau naik ke tangga petugas pemadam kebakaran, semua orang bertepuk tangan dengan riuh, dan saya?
Saya malah terpesona dengan "takdir' saya hari itu, bahwa mungkin sang empunya kehidupan menyentil kuping saya keras-keras, ketika saya terpikit untuk bunuh diri dengan caranya sendiri, Dia hari itu membuat saya instead berpikir untuk melakukan bunuh diri, malah menyelamatkan sebuah nyawa dari sebuah usaha bunuh diri.

Butuh berbulan-bulan bagi saya untuk merenungi apa yang terjadi, sampai akhirnya hari ini, saya berhasil menuliskan apa yang terjadi karena keprihatinan akan status seorang teman yang sepertinya berniat untuk mengakhri hidupnya krn masalah-masalah yang menimpanya.

 "kalau kau tak bisa merubah takdirmu, ubahlah sikapmu" 


Foto diambil oleh saya senidiri di lokasi kejadian sebenarnya.

3 comments:

zeth radtra syam said...

behind the scene nih hehe

emang tanpa kita sadari, hal2 (bahkan yg kecil) yg terjadi dalam hidup kita adalah bagian dari Allah mengingatkan kita yah..

bagus banget ceritanya,
aseli!

photopiX said...

the power of mind z...hehe

omndutz said...

jadi pengen bunuh diri .. gantung diri dibawah po'on toge .. ^_T